Lumbung Bibit
PProduksi pangan massal telah mendorong alih fungsi lahan menjadi milik pemodal bukan lagi para petani dan nelayan. Pola konsumsi instan telah menggusur keanekaragaman hayati, mempercepat krisis pangan, merusak sumber air, termasuk hampir memusnahkan warisan bibit para leluhur. Hal ini dipertajam dengan penggunaan pupuk kimia, pembuatan benih rekayasa genetik. Kondisi ini menghancurkan dan meminggirkan pangan lokal dan menyebabkan langkanya benih warisan. Menjaga bumi dan kembali ke alam, memerlukan upaya bersama untuk mengembalikan dan mempertahankan bibit asli . Ini bisa dimulai dengan menanam kembali bibit yang ada.
Di Festival Mosintuwu, berbagi bibit adalah sebuah aksi memelihara ingatan dan pengetahuan tentang kebudayaan tanam , juga sebuah aksi untuk menguatkan dan merayakan bibit lokal dari alam Poso.
Setiap pengunjung atau peserta dapat membawa bibit dari kebun, hutan, atau pekarangan mereka dalam bentuk biji atau benih yang telah tumbuh. Bibit akan diletakkan di lumbung bibit di lokasi Festival Mosintuwu. Setiap peserta/pengunjung yang membawa bibit dapat menukarkan bibit yang dibawa dengan bibit lain yang dibawa oleh peserta/pengunjung. Pertukaran bibit ini akan tercatat dalam buku lumbung bibit Festival Mosintuwu..